“Aku sangat menyesal telah mengajari Mama Facebook-an,” kata seorang siswi SMA dengan wajah sedih, “sekarang Mama minta cerai”
Kok bisa? Ceritanya bermula saat siswi SMA tersebut merasakan manfaat
Facebook. Ia bisa terhubung dengan teman-teman dan gurunya. Melalui grup
ia bisa berkomunikasi dan rapat online dengan mudah. Melalui fan page yang ia suka, ia bisa mendapatkan info-info yang bermanfaat.
“Facebook bagus deh, Ma,” kata gadis itu sambil membuatkan akun Facebook
untuk mamanya. “Mama mau berteman dengan siapa, tinggal pilih. Ini
kalau dengan teman SMP Mama, ini dengan teman SMA…”
Semula sang Mama perlu adaptasi dengan ‘mainan’ baru itu. Tetapi
beberapa hari kemudian ia sudah mulai akrab. Dan yang tiba-tiba membuat
hatinya deg-degan, ia bisa berteman dengan seorang pria yang dulu mereka
sempat pacaran saat SMA tapi terputus setelah lulus. Pertama surprise. Lalu saling bertanya tentang kabar, lalu saling curhat… dan cinta lama bersemi kembali.
Kalau sekedar rasa dan bisa diatasi, mungkin cinta itu tidak masalah.
Tetapi wanita ini begitu hanyut dalam perasaannya. Hatinya
berbunga-bunga. Romantisme cinta SMA hadir menguasai jiwa dan
menyeretnya untuk bertemu. Dari pertemuan di dunia maya mereka berdua
kemudian bertemu fisik di dunia nyata.
Benarlah bahwa keburukan memanggil keburukan lainnya. Satu keburukan
berteman akrab dengan keburukan lainnya. Begitu manusia terperangkan
dalam satu keburukan kecil, keburukan yang lebih besar akan mengikuti.
Jika tidak segera diputus, keburukan yang jauh lebih besar tiba-tiba
hadir dan mendominasi.
Dari say hello ,
mereka berkhalwat di dunia maya. Saling menulis kata-kata mesra.
Setelah itu mereka bertemu, terjadilah zina mata. Hingga di suatu hari,
bagaikan petir di siang hari, wanita itu mengajukan cerai kepada
suaminya. Alasannya? Ia ingin menikah dengan pacar lama yang baru
ditemukannya melalui Facebook itu.
Mendengar ini, yang paling bersedih adalah anaknya. Ia yang membuatkan
akun Facebook dan mengajari mamanya, kini ia dan keluarganya
ditinggalkan oleh wanita itu.
Sang suami tidak bisa menghalangi niat istrinya. Akhirnya ia
menceraikannya dan membiarkan wanita itu menjadi istri kedua pacar
lamanya. Namun setelah beberapa bulan, wanita itu merasakan balasan dari
Allah. Ternyata menikah dengan pacar lama tidaklah seindah bayangannya
selama ini. Suami yang telah ditinggalkannya jauh lebih baik. Keluarga
yang ditinggalkannya jauh lebih membahagiakan. Dengan mengiba ia datang
kembali ke mantan suaminya, ingin dinikahi lagi. Namun sang suami yang
kini single parent itu menjawab tegas: “Maaf, saya tidak mungkin menikahi lagi wanita yang telah meminta cerai.” [Muchlisin BK/bersamadakwah]
*Based on true story