Moskow telah menyaksikan Idul Fitri terbesar di mana lebih dari 60.000
berkumpul untuk melaksakanan shalat Ied di masjid kubah emas Sobornaya
meskipun nampak kebingungan dan ketakutan di wajah orang yang lewat dan
terlihat polisi berjaga-jaga dengan tongkat terhunus di sekitar mereka.
Padahal biasanya, “jika Anda ingin shalat di masjid, Anda seperti masuk
ke dalam penjara,” Murad Abdullaev, (29), berasal dari Derbent, kota
paling selatan Rusia di provinsi Dagestan yang berkonflik, mengatakan
kepada Al Jazeera, sebagaimana dilansir oleh onislam, Selasa (21/7/2015).
“Anda shalat di tempat kerja, Anda mendapatkan teguran tapi ketika
rekan-rekan Anda mengambil waktu istirahat yang lama dengan merokok, itu
tidak apa-apa,” ungkapnya, menggambarkan rekan-rekannya di sebuah
perusahaan konstruksi di Moskow selatan.
Dalam sebuah pemandangan yang sudah biasa terjadi selama beberapa tahun
terakhir, ribuan Muslim berkumpul melantunkan “Allahu Akbar!”, dan
kemudian melakukan shalat di depan masjid kubah emas Sobornaya di
alun-alun utama Moskow.
Selain itu, sebanyak 180.000 ribu Muslim berkumpul di lima masjid
lainnya dan di puluhan tempat shalat sementara lainnya di Moskow, untuk
menandai akhir bulan suci tahun ini Ramadhan, kata polisi.
Setiap orang harus melewati detektor logam dan menjalani pemeriksaan identifikasi.
“Lagi, jalan-jalan penuh dengan orang yang shalat, lagi jalan-jalan sekitarnya diblokir,” tulis blogger populer Ilya Varlamov.
“Selama bertahun-tahun, ini telah menjadi gambaran di Moskow, dua kali
setahun. Dan setiap kali ini terjadi, semua orang terkejut,” kata
blogger itu.
Muslim berkembang dengan pesat di Moskow. Dengan populasi resmi sekitar
12,5 juta, ibu kota Rusia itu sekarang menjadi rumah bagi setidaknya 1,5
juta Muslim, menurut analis politik Alexei Malashenko.
“Moskow secara perlahan beradaptasi untuk menjadi kota Muslim terbesar
di Eropa, dan Muslim secara bertahap beradaptasi dengan itu,” kata
Malashenko kepada Al Jazeera.
Kehadiran Muslim di Moskow mendorong sejumlah besar mualaf Islam di kalangan etnis Rusia.
“Saya mendengar banyak pujian tentang bagaimana saya berpakaian dan
betapa sangat indah dilihat,” kata Anastasiya Korchagina, yang mengubah
nama pertamanya menjadi Aisha setelah memeluk Islam lima tahun lalu.
“Saya tidak pernah menghadapi perlakukan buruk,” katanya.
sumber: arrahmah.com
0 komentar:
Posting Komentar